Kamis, 23 Oktober 2008

Kondisi Jiwa Freelance Programmer

Sejak lulus kuliah 3 tahun lalu saya ingin sekali menjadi freelance programmer. Dengar-dengar jadi freelance programmer ini menyenangkan sekali. Bisa mengatur jam kerja sesuka hati, makan tidur sesuka hati, tidak ada paksaan, tidak ada tekanan, tidak perlu mendengarkan omelan bos / manajer setiap hari. Pokoknya yang terbayang itu yang enak-enak saja.

Sekarang kesampaian juga jadi freelance programmer. Wah, ternyata yang kebayang dulu hanya kulit luarnya saja, bagian dalamnya belum terkuak. Ada lebih banyak hal yang harus dipikiran setelah mencoba terjun langsung. Salah satunya adalah, kondisi jiwa menjadi seolah-olah seperti pengangguran, tidak berguna, tidak becus bersaing di dunia kerja. Perasaan itu terus menghantui, ditambah lagi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal. Orang tua atau tetangga, baru menganggap seseorang itu bekerja kalau setiap hari rutinitasnya pergi jam 8 pulang jam 5 sore atau lebih. Selain itu dianggap penggangguran.

Hal kedua yang menghantui pikiran adalah status sosial. Saya selalu bingung menjawab pertanyaan ini : "Kerja dimana sekarang?". Mau menjawab freelance, nanti timbul pertanyaan lagi. "Dimana? di PT apa?". dan seterusnya.... Pokoknya gak bisa simpel ngejawabnya. Berbeda jika seorang pegawai Bank, atau Pegawai swasta.

Hal Ketiga, melihat pandangan orang sepertinya mereka berkata dalam hati "kasihan kok gak dapat kerjaan, padahal sarjana loh" (mungkin hanya pikiran saya saja hehehe...). Karena itu banyak yang menginformasikan ada lowongan di perusahaan-perusahaan, mungkin ingin  membantu mencarikan pekerjaan. dll.

Tapi, setelah beberapa bulan ini, saya mencoba untuk kuat dan tabah, mungkin ini hanya pikiran saya saja. Saya ingin fokus pada bisnis ini. Saya ingin menang bersaing secara fair. Tetap pada perinsip bahwa rejeki sudah diatur sejak kita dilahirkan, dan sekarang kita hanya menjemput rejeki yang sudah digariskan dulu, asal mau berusaha.

Hasilnya sudah lumayan kelihatan, tabungan sudah terisi terus, tidak kembang kempis seperti dulu saat menjadi pegawai. Alhamdulillah.....

Dalam pikiran saya, selama kita masih bekerja dibawah tekanan orang lain (masih merasa hasil jerih payah kita bakal lebih besar dinikmati oleh orang lain) maka hasil karya seni coding yang kita buat tidak akan optimal. Tidak optimal dalam arti kita buat seadanya, sulit untuk dikembangkan lagi, dan kurang terstruktur.

Sangat berbeda jika karya seni ini kita buat dengan hati. Tiap barisnya kita ketik dengan penuh perasaan, penuh kecintaan. Maka akan didapatkan suatu aplikasi yang benar-benar optimal baik dari segi ukuran program maupun kecepatan program, lebih efisien dan lebih mudah dikembangkan menjadi lebih canggih lagi.

Dulu 3 tahun itu saya habiskan untuk menjadi seorang Employee, dan itu penting juga untuk mencari pengalaman dalam dunia kerja. Negara kita ini sangat membutuhkan Enterpreneur, jangan cuma menunggu interview di perusahaan orang lain. Jadilah direktur diperusahaan sendiri. Bagaimana dengan Anda???

Read more...

Followers

Text

  ©Template by Dicas Blogger.